FENOMENA ANAK PEMINTA-MINTA

Label:

Pernah mendengar peribahasa “berilah kail, jangan ikan”? Tapi bagaimana jikalau kata-kata itu kita balik menjadi ”berilah ikan, jangan kail”. Pasti kita tahu apa maksud dari makna tersebut? Teringat akan acara rihlah (berpergian) yang diadakan oleh salah satu Lembaga Dakwah Fakultas Forum Studi Islam Ulul Albab FMIPA UNLAM ke Pantai Batakan, bahwasanya ketika berada disana peribahasa itu muncul dengan tidak sengaja. Tentu itu bisa kita lihat dengan adanya anak-anak peminta yang mungkin dijadikan oleh seseorang yang berkuasa untuk mengumpulkan uang pengunjung atau sekadar profesi harian untuk memenuhi kehidupan sehari-hari mereka. Kata-kata "Man minta duit Man", seolah-olah mengekspresikan wajah ketidakmampuannya. Inikah wajah dunia anak Indonesia? Ada apa dengan mereka?

Sebenarnya sudah sejak lama hal ini ada, di lampu merah, di tempat Makam Kelampaian, di tempat yang ramai pengunjung dan sebagainya. Kenapa hal ini bisa terjadi? Apa ini perintah dari seseorang seperti orang tuanya yang sengaja menyuruh lantaran faktor ekonomi ataukah dari salah satu orang bos yang bermodal wajah seram yang setiap hari harus menyetor padanya. Alasan kebutuhan ekonomi yang tidak mampu atau memang profesi, menjadikan kesempatan tersebut untuk menarik iba atau simpati dari orang lain. Seorang anak peminta-minta kalau dilihat dari sisi ekonomi, pasti ia memanglah orang yang tidak berpunya, tetapi dari sisi pembelajaran, ia mempunyai tekad yang kuat untuk menafkahi hidupnya sendiri, tampil percaya diri dan tidak tahu malu, yang penting dapat uang dari sang pemberi dan dapat memberikan uangnya untuk sang orang tua.

Mengenai permasalahan sosial yang sering kita lihat dan sering terjadi disekitar kehidupan, peminta-minta pada umumnya adalah ladang amal buat kita. Mereka menadahkan tangan, mengharap sedekah dari orang lain. Perbuatan meminta bantuan bukanlah tercela dalam Islam. Namun, Islam mencela perbuatan suka meminta-minta sebagai kebiasaan yang sering kali dilakukan. Allah menghinakan orang yang menjadikan meminta-minta sebagai profesi atau kebiasaan. Mereka tidak memiliki rasa malu untuk senantiasa meminta belas kasihan orang lain, padahal mampu bekerja secara halal. Ada yang berpendapat mereka itu dianggap kurang mensyukuri karunia Allah, berupa tubuh sehat dan tenaga yang kuat untuk mencari penghidupan.

Nah masalahnya begini, bagaimana bila kebiasaan minta-minta itu dipraktikkan oleh anak-anak, apa dia juga berhak menjadi seorang peminta-minta diusia kecilnya? Yang melatarbelakangi jalannya begitu tentu bukan dari dirinya sendiri, melainkan ajakan dari orang tua atau suruhannya. Ia ingin juga seperti anak kecil pada umumnya sekolah (belajar) dan bermain. Tapi apa daya tak sampai, kondisi orang tualah yang sering dipermasalahkan. Kita sebagai makhluk sosial seharusnya peduli dengan keberadaan sekitar. Pemerintah harusnya bertindak lebih cepat untuk mengurangi anak-anak peminta dijalanan, contohnya seperti memberikan biaya gratis untuk pembayaran sekolahnya atau dengan cara lain yang lebih efektif. Hal ini agar generasi Indonesia tidak dicap sebagai generasi peminta-minta.

Menolong satu sama lain adalah kewajiban semua manusia.. Allah SWT dan  rasul-Nya menganjurkan kita umat-Nya untuk selalu bersedekah, masalah mungkin timbul apabila ternyata kemudian bahwa sedekah yang kita beri kepada peminta tadi  tidak tepat sasaran, bukan lagi urusan kita, karena sedekah hakikatnya adalah ladang amal bagi hamba-hamba Allah yang bertakwa. Sedekah, walaupun kecil  tetapi sangat berharga disisi Allah. Untuk merubah kehidupan itu, tidak semudah membalikkan telapak tangan, mari berbuat untuk sekitar dan tunjukkan kepedulian kita kepada sesama. Semoga berkah apa yang kita lakukan. Aamiin.

Muhammad Ery Zulfian
Tertulis setelah fenomena itu terlihat langsung, meremuk hati yang lemah. Maaf Dik, HANYA SEKADARNYA!!!

Terbit di Surat Kabar Radar Banjarmasin, Senin 05 April 2010. Di Post kembali Minggu 24 Juli 2011.

0 komentar:

Posting Komentar