MENULIS ITU KEREN, BUNG

Label:

Oleh: *Muhammad Ery Zulfian

Guys, Alhamdulillah kali ini gue nelurin satu tulisan lagi. Kalau sudah gosipin tentang tulis-menulis, gue malah nge’khayal biar bisa selalu produktif. Nah, untuk itu gue pengen ngasah tulisan-tulisan gue biar lebih mantap, minimal ya kayak Kang abik lah atau Mba Asma Nadia. Hehe. Kebayang nggak kalau nanti nama gue (Muhammad Ery Zulfian), bisa nulis beberapa buku fenomenal, fiiuh ngekhayal keras nih judulnya. Tapi doakan aja ya teman-teman terutama tiap habis sholat Tahajud. Aamiin.
            Nah, about menulis, gue punya tulisan yang insya Allah elu-elu pada tertarik buat ngebacanya. Makanya jangan kemana-mana, tetap stay tune (emang radio) di sini. Okey, pernah dengar istilah seperti ini “Penulis yang baik adalah pembaca yang baik?”. Ya, kebanyakan seorang penulis suka membaca, tetapi sebaliknya seorang kutu buku belum tentu suka menulis. Gimana sepakat? Kalau nggak sepakat ya udah. Hehe. Tahu kan sama Jepang? Itu lo negeri yang pernah mempromosi’in gue sebagai aktor iklan shampo di majalah Sun City Edisi 15. Hehe…
            Tuh negeri pernah memberitakan bahwasanya koran terbesar mereka setiap harinya bisa terbit dengan jumlah oplah empat kali lebih besar dari jumlah penduduk Jepang itu sendiri looo. Waw amazing? Emang kalau kelebihan koran, terus korannya diapain yak, dijadikan buat taplak meja atau bungkus kacang yak atau jangan-jangan Jepang membuat binatang yang suka makan koran. Tenang-tenang, nggak bakalan kok kayak gitu, yang kudu kita garis bawahi adalah keberanian penerbit untuk mencetak jumlah sebesar itu adalah sebuah prestasi sekaligus menaruh kepercayaan kepada masyarakat bahwa masyarakat di sana memang gila-gila membaca. Banyak lo penulis besar yang berhasil karena diawali dari kebiasaannya membaca., termasuk juga gue nih v^_^v
Percaya nggak menulis itu adalah suatu keterampilan, bukan bakat terpendam yang banyak dikatakan orang. Bila dianalogikan, seperti seorang anak kecil yang mulanya tidak bisa sama sekali mengayuh sepeda. Dia pasti mengawalinya dengan sepeda roda tiga (seperti sepeda Sinchan), kemudian beranjak roda dua meski masih tertatih-tatih, lalu mengendarai dengan lancar dan kemudian mengganti sepeda yang lebih besar. Makin sering kita latih, makin lihai pulalah kita menulis). Nah, dalam bersepeda kita terkadang jatuh, berarti tulisan kita masih belum berkualitas di mata pembaca karena kunci keberhasilan seorang penulis ada di pembaca, apa nanti menjadi perpustakaan pribadinya atau hanya tergeletak di keranjang sampah.
            Bila bicara untuk apa menulis, kita berbicara pula tentang niat seseorang. Ada yang ingin sekadar populer supaya masyarakat luas mengenal sosoknya atau juga ingin mencari uang karena tulisannya sudah terbit di suatu media cetak. Yakinlah kepopuleran dan materi itu adalah efek samping dari kegiatan kita menulis. Bersyukurlah karena niat utama kita adalah memberikan ilmu kepada orang lain, berdakwah di jalan-Nya, mengucapkan diri, menyampaikan pikiran dan perasaan serta bisa menjadi penolong seseorang. Bukankah ilmu yang bermanfaat adalah salah satu pahala yang terus mengalir dan takkan pernah putus hingga hari akhir. Subhanallah. Maka dari itu, sudahkah anda menulis pada hari ini, Sahabat? Jikalau belum, mari kita menulis! Biar keren gitu loh.