MELAKU NENG SURABAYA

Label:

Oleh: Muhammad Ery Zulfian
     
            Saat itu, seorang teman yang tidak mau disebutkan namanya, memperlihatkan salah satu website maskapai penerbangan. Aku terpaku sejenak, menelah ludah kemudian otak berputar merajut sejuta pertanyaan. Tapi sayang, hanya satu pertanyaan yang tersampaikan. “Beneran nih tiketnya cuman Rp 160.000,00 pulang pergi ke Surabaya?” Temanku hanya mengangguk. Perlahan kuperiksa dompet. Cukup. Cukup sekali untuk makan satu hari penuh, hehe… Mungkin di mesin ATM banyak tabunganku, entahlah!
            Lalu bergegas kuraih hape dari saku celana. Haaaap. Tarian jempol mulai beratraksi, mengabari satu persatu temanku di perkuliahan. Dan… Tiga orang akhirnya terkena hipnotis. Mereka pun memesan tiket, ikut bergabung bersama menjelajah Surabaya, Kota Pahlawan. Keesokan harinya, benar sekali, kami berhasil log in di website maskapai penerbangan tersebut. Lalu membayar sejumlah uang yang sudah ditentukan.
            Tujuh bulan kemudian (kok lama sih? Iya memang lama. Karena ini adalah tiket PROMO. Jadi, ya harus bersabar). Aku dan dua temanku yang lainnya telah tiba di tanah Juanda (satu teman tidak jadi ikut dikarenakan ada kesibukan mendadak). Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Juanda. Dulu hanya sebatas Pelabuhan Tanjung Perak.
            Aura Surabaya mulai terasa. Lumayan dingin (soalnya kami tiba di waktu malam hari, hehe). Aslinya kan panas. Di bandara, kami bingung, di mana kami harus mendaratkan pantat dan menjatuhkan kepala ke bumi untuk pertama kalinya di kota nan jauh ini. Selama 5 menit berpikir, ahaaa, akhirnya kami menemukan jawabannya. Ya, Asrama Kalsel (Hasanudin HM), Jalan Pucang Adi adalah tempat yang kami tongkrongi. Dengan bantuan jasa taxi, kami akhirnya  tiba di tempat tujuan dengan selamat, sebelumnya kami disambut haru oleh kedua teman kami yang sekarang menjejaki sekolah S-2 di ITS.
            Malam tiba, strategi-strategi pun mulai tersusun. Ke mana saja setelah ini? Tempat-tempat mana saja yang harus kami sambangi? Ah, begitu romantisnya malam kami, disertai dengan lembaran-lembaran yang bertuliskan nama-nama tempat wisata hasil google. Aku tahu, Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta. Dan aku mempercayai itu setelah keesokan harinya, saat jalan-jalan ke kotanya, sangat padat merayap. Surabaya juga disebut Kota Metropolis dengan beberapa keanekaragaman yang kaya di dalamnya. Pusat bisnis, perdagangan, dan industri,. Banyak pasar-pasar yang kujumpai seperti Pasar Turi dan Pasar Atum. Ramai sekali, apalagi kebanyakan makhluk-makhluk penjual di Pasar Atum adalah orang China. Semua serba putih, hehe…
Menjelajah Surabaya tak lengkap kiranya bila tak bersua dengan monumen-monumen bersejarahnya. Bangunan-bangunan jaman dahulu yang dibuat oleh Belanda. Sampai-sampai bank, kantor pos, dan kantor walikota/gubernur masih orisinal desainnya Belanda. Ajaib. Inilah uniknya Surabaya. Punya kenangan indah yang tak bisa dilupakan (sejarah). Makanya, Surabaya kental dengan sebutan Kota Pahlawan.
Belum luput dari sana, kami berkesempatan pula untuk berkunjung ke monumen kapal selam, bisa dikatakan sebuah museum, yang terletak di pusat kota, monumen ini adalah sebuah kapal selam KRI Pasopati 410, salah satu armada Angkatan Laut Indonesia yang dibuat oleh Uni Soviet. Masuk ke sana, kami hanya melihat mesin-mesin tua yang terangkai elegan. Luar biasa. Sesi berfoto ria pun tak ketinggalan. Setengah jam kemudian, ada tontonan sedap menganai Angkatan Laut Indonesia sejak dulu sampai sekarang, entah. Aku lupa nama tempatnya, yang jelas masih satu daerah dengan monumen kapal selam.
Usai menyambangi monumen-monumen bersejarah, kami pun berfoto bersama ikan hiu dan buaya. Hehe… Bukan aslinya, tapi patungnya. Itulah simbol Kota Surabaya. Di mana ada beberapa pendapat yang mengatakan, nama Surabaya itu berasal dari kata Sura ata Suro dan Baya atau Boyo, dalam bahasa Jawa. Suro adalah jenis ikan hiu, sedang boyo adalah buaya. Pendapat lain mengatakan, nama Surabaya diambil dari istilah Sura Ing Baya, yang berarti “Berani Menghadapi Bahaya.”
Lanjut keesokan harinya, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) dan Jembatan Suramadu menjadi saksi bisu kami dalam melangkah memenuhi rangkaian cerita di kota Surabaya. Ah, rasanya ingin berlama-lama di sana. Entah kenapa. Mungkin nanti kapan-kapan bila ada rezeki lagi. Aamiin...
Surabaya, Kota yang sungguh menawan, walau cuaca di sana cukup panas. Di balik awan sana masih tersimpan bermilyar-milyar keindahan yang planet bumi punyai, yang harus kita lindungi dan manfaatkan sebaik mungkin. Next, kota mana lagi? Aku siap menantang!  

 
    Persinggahan pertama, Asrama Hasanudin (Jl. Pucang Adi)





Dekat Tugu Suro Dan Boyo

 Di Tugu Hiu dan Buaya
 Di Depan Monumen Kapal Selam


 
 Berfose Di Bawah tangga Kapal Selam


Di Dalam Kapal Selam


 Di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Jawa Timur


 Di Depan Salah Satu Kelas Fakultas di ITS


 Suramadu, Tampak Belakang


 Berfose dengan Boneka Madura (Plus Pakai Topi Khas Madura Ta Iye)




1 komentar:

  1. Muhammad Shaufi mengatakan...:

    wooowww..
    Sesuatu.. sekelejap pikiran langsung tiba di batin ane, kalau suatu saat nanti punggawa Zukzez EXpress bakal around the world..

Posting Komentar